Ketua Umum LPKAN Indonesia R.H. Mohammad Ali: Letjen TNI (Purn) Prof. DR Syarifudin Tippe, MSi Sosok Yang Tepat Jadi Menhan Kabinet Jokowi Jilid Dua

0 498

Jakarta, Lenzanasional.com – Di tengah hiruk pikuknya politik tanah air, salah satu yang heboh adalah hangatnya perbincangan bursa menteri Kabinet Jokowi jilid dua. Banyak sosok kandidat bermunculan, salah satunya seorang Jendral purnawirawan yang bergelar “Profesor Pertahanan” yang belum banyak diperbincangkan di dunia perpolitikan Indonesia.

Nama baru yang kini juga mulai muncul ke permukaan adalah Letjen TNI (Purn) Prof. DR. H. Syarifudin Tippe MSi.

Pensiunan jenderal yang bergelar Profesor Pertahanan kelahiran Kabupaten Sinjai-Sulawesi Selatan 7 Juni 1953 ini disebut-sebut namanya masuk calon menteri pertahanan di kabinet Jokowi jilid II.

Akrab disapa Bang Tippe, lulusan Akabri tahun 1975 ini pernah menjabat sebagai Komandan Seskoad, pendiri Unhan (Universitas Pertahanan) dan rektor pertama di Unhan.

Ketua Umum Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Mohammad Ali merekomendasi Letjen (Purn), Prof. Syarifudin Tippe sebagai figur yang bisa mengisi posisi Menteri Pertahanan di kabinet Jokowi periode 2019-2024.

“Sosok Jenderal Syarifuddin Tippe adalah sosok yang cocok untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Jokowi periode 2019 – 2024, beliau juga sebagai Dewan Pakar di Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Indonesia”‘ ungkap Mohammad Ali, jum’at (23/8/2019).

Mohammad Ali menjelaskan pengalaman Letjen (Purn), Prof. H. Syarifudin Tippe, M.Si, di militer dan pengetahuan akademisi tidak diragukan lagi saat ini Tippe aktif mengajar Pasca Sarjana di Universitas Jayabaya dan beberapa Universitas di Jakarta.

“Beliau adalah Jenderal pemikir, lulusan Akademi Militer tahun 1975, beliau mantan Kasum TNI, Wakil KSAD dan Pangdam II/Sriwijaya, serta pendiri Universitas Pertahanan Indonesia”, kata Mohammad Ali.

Syarifudin Tippe menyatakan, ada dua modal sosial yang ia peroleh dari perjalanan kariernya sebagai prajurit TNI dan sebagai akademisi sejak tahun 1976 sampai dengan 2012.

“Kedua modal sosial tersebut menjadi basis optimisme saya untuk berkiprah kepada bangsa dan negara,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, saat bertugas di Aceh dirinya mampu menciptakan kondisi yang kondusif di Aceh ketika menjabat Danrem 012/Teuku Umar, 1999-2001.

Tippe menggunakan basis filosofis yaitu “Jangan tembak kepala orang Aceh, tapi tembaklah hatinya”, yang kemudian dia direalisasikan melalui strategi merebut hati dan pikiran masyarakat Aceh.

Kondisi yang kondusif itulah berangsur-angsur membaik sehingga pada tahun 2005, ia sebagai satu-satunya prajurit TNI aktif ditunjuk Pemerintah untuk ikut bersama delegasi RI lainnya ke Helsinki dalam rangka mendamaikan RI-GAM.

Kedua, pendirian Universitas Pertahanan, dimana gagasan pendirian Unhan oleh Kasad Jenderal TNI DJOKO SANTOSO kemudian disambut baik Presiden SBY dan Menhan Prof Juwono Sudarsono. Singkatnya, berangkat dari pemaparan rencana pendirian UNHAN pada awal April 2008 di depan seluruh eselon 1 Kemhan.

“Meski sudah disetujui RI 1 dan Menhan, namun tidak seorang pun dari eselon 1 yang setuju dengan pendirian UNHAN karena alasan keuangan negara pada masa itu tidak memungkinkan mendirikan UNHAN,” ujarnya.

Dirinya kemudian berinisiatif menyisipkan agenda pendirian Unhan ke dalam agenda Security Dialog antara pihak Kemhan RI-1 dengan pihak Dephan AS di Pentagon Washington pada 15 April 2008.

“Sebelum dialog formal dilakukan, saya coba melobi seorang Prof di Pentagon AS dengan mengangkat sub topik pendirian UNHAN. Ternyata dengan lobi informal ini Prof tersebut atas nama Dephan AS siap mendukung penuh, dengan mengalihkan sebagian bantuan keuangan yang diperuntukkan TNI AD ke program pendirian UNHAN,” tuturnya.

Dia menilai AS sangat respek dan antusias mendukung pendirian Unhan ini lantaran dinilai sejalan dengan salah satu misi AS yaitu mempromosikan demokrasi di dunia.

Dia menegaskan, Unhan merupakan melting pot (titik cair) secara intelektual antara sipil militer. Sebelumnya AS melihat militer dengan sipil di Indonesia ketemunya selalu di jalan, ketika mahasiswa melakukan demonstrasi, dimana militer cenderung brutal. Salah satunya adalah secara akademik untuk mensinergikan sipil militer.

Kemudian di Dalam Negeri, pada forum-forum seminar ia berupaya meyakinkan masyarakat intelektual tentang urgensi pendirian UNHAN bahwa UNHAN secara simbolik merupakan wahana chandra di muka penggodokan para pemimpin bangsa yang berwawasan pertahanan dan kebangsaan, salah satunya dengan mengangkat visi pertahanan semesta sebagaimana yang termaktub dalam UU No 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara.

“Akhirnya alhamdulillah para akademisi dapat menerima gagasan pendirian UNHAN. UNHAN kemudian berhasil didirikan pada 11 Maret 2009 di Istana negara,” ungkapnya.

Berangkat dari dua modal sosial di atas, termasuk kontribusinya dalam upaya perdamaian RI-GAM, dia yakin dapat membaktikan dirinya untuk bangsa dan negara. “Jika Allah mentakdirkan lewat kementerian pertahanan saya pun siap membaktikan diri kepada bangsa dan negara,” ujar Prof. DR. H. Syarifudin Tippe, M.Si.

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com