Pasca Gempa Palu, Geliat Ekonomi di Sulteng Belum Ada Perubahan

0 430

PALU, lenzanasional.com – Geliat ekonomi di sektor pertanian pascabencana Gempa Palu di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu, belum terlihat adanya perubahan. Persoalan tersebut dikeluhkan Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) mendesak Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng).

GPEI berharap agar Pemprov memberi perhatian kepada eksportir lokal, khususnya bagi pelaku usaha produk holtikultura.

Hal tersebut dikatakan Ketua Umum GPEI Provinsi Sulawesi Tengah melalui Wakil Sekertaris Jenderaal GPEI, Irjan A.Siradjuddin, menyikapi menurunnya angka ekspor di bidang pertanian dan holtikultura di Sulawesi Tengah pascabencana Kota Palu, pada September 2018 silam.

Menurut Irjan, ada beberapa faktor terjadinya pelambatan di bidang ekspor di Sulawesi Tengah khususnya pada produk pertanian. Yang pertama, karena kurangnya sinergitas yang terbangun antara GPEI dengan pengambil kebijakan dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

“Untuk itu kita berharap ke depannya keberadaan GPEI di Sulawesi Tengah agar diajak untuk duduk bersama dalam mengtasi persoalan menurunnya ekspor pada produktivitas pertanian. Pemerintah jangan hanya membuat kegiatan yang bersifat seremonial, akan tetapi tidak ada solusi bagi pelaku usaha. Kalau demikain terjadi Provisni Sulawesi Tengah akan terus tertinggal dengan daerah-lainnya,” ujar Irjan saat menjadi narasumber dalam diskusi ‘Meingkatkan Kegiatan Ekspor di Daerah dalam Mendukung Program Pemerintah’ yang digelar di Hotel Kampung Nelayan, Kota Palu Sulawesi Tengah, Kamis (19/9).

Selain itu kata Irjan, gempa dan likuifaksi di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah berdampak pada penurunan produksi padi cukup signifikan yakni sebanyak 1.074 ton dari luas tanam 353 hektare dengan produktivitas 54,62 per hektare. Penurunan produksi ini sangat merugikan petani.

Akibatnya, lanjut Irjan, petani di daerah itu belum sepenuhnya mengolah lahan mereka, karena sebagian masih merasa trauma.
“Belum lagi dengan produktivitas lain, seperti coklat, kelapa kakau dan beberapa produk unggulan lainnya di Sulawesi Tengah mengalami penurunan yang signifikan,” ucap Irjan.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada kepada Pemerintah agar membentuk tim teksport untuk membahas persoalan ekspor di daerah Sulawesi Tengah pascaterjadinya bencana. “Dimana tim di dalamnya terdiri dari dinas terkait kemudian kami dari GPEI itu sendiri untuk duduk bersama dalam membahas mengenai progres ke depan yang terkait dengan ekspor produk pertanian daerah,” ujar Irja.

Sementara itu Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada Bidang Perdagangan Luar Negeri Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan promosi untuk memperkenalkan produk unggulan yang ada di wilayahnya agar dapat diekspor.

“Seperti pada 16 Oktober nanti kami akan melakukan pendampingan bagi pelaku usaha pada pameran Trade Ekspo Indonesia. Dan kegiatan itu langsung didampingi oleh Kementerian Perdagangan. Kami akan membawa pelaku usaha, diantaranya dari Kopi Bintang yang akan mengikiti pendidikan bagaimana cara melakukan kegiatan ekspor,” ujar Kabid Perdagangan Luar Negeri, Ida Nursanti.

Pihaknya juga akan terus meningkatkan produk unggulan di Sulawesi Tengah. Seperti di bidang perikanan, perkebunan dan pertanian.

“Dari produk pertanian seperti jagung, sementera dari perkebunan colkat dan kopi, sementara dari sektor perikanan itu, ada rumput laut dan ikan,” pungkas Ida. (Red)

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com