ITS dan KLHK Ajak Generasi Muda Antisipasi Bahaya UHI

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, menggelar workshop membahas peran generasi muda untuk mengetahui Urban Heat Island (UHI) dan dampak bahayanya. Kegiatan yang digelar di Gedung Research Center ITS, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 tersebut dihadiri oleh Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD, serta Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Ir Sigit Reliantoro MSc.

0 141

SURABAYA , Lenzanasional – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, menggelar workshop membahas peran generasi muda untuk mengetahui Urban Heat Island (UHI) dan dampak bahayanya.

Kegiatan yang digelar di Gedung Research Center ITS, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 tersebut dihadiri oleh Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD, serta Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Ir Sigit Reliantoro MSc.

Gelaran ini juga menggandeng Institut Hijau Indonesia. Sementara dalam sambutannya, Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menuturkan bahwa Urban Heat Island UHI) merupakan fenomena alam berupa tingginya suhu daerah perkotaan yang saat ini tengah dialami oleh kota-kota besar di seluruh dunia.

“Fenomena tersebut tahun ke tahun semakin parah yang ditandai dengan suhu yang semakin meningkat,” terang dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut.

Lelaki kelahiran Jogjakarta tersebut menjelaskan bahwa fenomena UHI diakibatkan oleh industri yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak dapat dihindari karena perkembangan bidang industri juga dibutuhkan oleh masyarakat.

“Kita harus berusaha agar kerusakan lingkungan akibat industri dapat diminimalisasi,” katanya.

Sementara Kepala BMKG Dwikorita memaparkan bahwa seluruh kota di Indonesia menunjukkan tren peningkatan suhu yang signifikan antara 0,2 sampai 1 derajat celsius per 30 tahun. Selain itu, Indonesia juga mengalami peningkatan tren konsentrasi karbon tiap tahunnya.

“Hingga sekarang konsentrasi karbon di udara mencapai 415 ppm,” ujar Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan juga bahwa ada beberapa faktor yang mengakibatkan UHI, termasuk struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, hingga efek rumah kaca. Selain itu, perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun juga memperparah terjadinya UHI.

“Kapasitas termal yang tinggi dari material bangunan pun mengakibatkan panas yang diserap semakin besar,” tambah Dwikorita.

Melanjutkan penjelasan Bambang dan Dwikorita, Sigit Reliantoro mengemukakan bahwa solusi untuk mengatasi UHI adalah dengan gerakan climate optimism.

Dalam gerakan ini, masyarakat harus dapat terhubung satu sama lain, terus memperbarui informasi terkait UHI, fokus mencari solusi, dan terus berupaya mengedukasi yang lain.

“Pola pikir tersebut dapat menjadi langkah awal penyelesaian UHI,” tuturnya.

Sebelum dimulai workshop, pada kegiatan ini pun dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara ITS dengan BMKG untuk meningkatkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kerja sama ini harapannya dapat memenuhi kebutuhan BMKG untuk mencetak 500 doktor baru di lingkungan internalnya agar bisa lebih meningkatkan kualitas dan kinerjanya. (R1F)

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com