Seminar Nasional Kebangsaan Peringati Bulan Pancasila dan Bulan Bung Karno

0 69

SURABAYA, Lenzanasional – Peringati Bulan Pancasila dan Bulan Bung Karno, Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Selasa (06/06/23) menggelar Seminar Nasional Kebangsaan.

Dalam seminar nasional yang digelar Unit Mata Kuliah Umum (MKU) ini bertemakan Karakter Bangsa Satunya Kata dan Perbuatan, Refleksi Pemikiran Bung Karno.
Dalam kesempatan ini, salah satu narasumber adalah penulis buku Merahnya Ajaran Soekarno, Airlangga Pribadi Kusman. Pembahasan mengenai pemikiran Bung Karno ini selaras ditengah tahun politik.

Hal ini perlu dibahas dan ditekankan kembali pemikiran bung Karno, untuk mencairkan tensi dan ketegangan politik. Dengan begitu elit politik tidak dengan seenaknya bicara tentang kepentingan dan menggunakan politik identitas tertentu sebagai cara untuk menyingkirkan lawan dalam kontestasi politik.

“Saya pikir kalau ada beberapa fakta Pilpres atau pilkada di tempat tertentu ada kecenderungan elit politik yang mengipas ngipas menyulut sentimen dan diarahkan untuk menekankan kepada supremasi dari identitas tersebut orientasi tentang siapa yang menjadi musuh,” terang Airlangga.
Kondisi bersebrangan dengan demokrasi yang sehat. Mengingat demokrasi sebagai salah satu elemennya adalah kompetisi kontestasi.

Tapi yang membuat demokrasi bermartabat adalah dalam kontestasi mereka melihat yang berbeda sama sama menjadi warga negara yang memiliki hak sama, saling berdialog dalam urusan urusan lain.

“Ini adalah soal kekuatan politik memiliki orientasi berbeda dengan yang lain. Ini yang harus ditekankan dalam politik tahun ini,” tambah pakar politik Unair Surabaya ini.

Dosen Program ilmu sosial dan Politik Unair ini juga mengatakan, di tahun-tahun politik ini narasi politik identitas masih akan muncul atau digunakan. Hal itu akan menjadi persoalan apabila berbicara dalam konteks etika Pancasila.

Pasalnya, politik identitas yang muncul sekitar lima tahunan menekankan pada antagonis politik identitas, dimana satu kelompok politik tertentu menggunakan identitas tertentu.

“Mereka tidak hanya menggunakan identitas, tetapi membangun kontradiksi dan benturan antagonisme dengan yang lain sehingga kemudian memunculkan semangat tidak bersatu tidak bergotong royong melihat yang lain seperti musuh. Dalam konteks ini membentuk iklim demokrasi yang tidak sehat semangat Kewarganegaraan ini tidak sehat, makin melemah benturan sentimen makin menguat dan memperkeruh suasana politik,” ungkap Airlangga.

Sementara itu, Ketua YPTA Surabaya, J Subekti menuturkan, seminar nasional ini sebagai kesiapan untuk menghadapi tantangan generasi muda yang kurang memaknai Pancasila. Berdasarkan data yang dimiliki, sebanyak 80 persen generasi muda ingin mengubah ideologi pancasila dengan ideologi lain.

“Dirubahnya pancasila maka NKRI juga dirubah. Dan ini tidak boleh dirubah. Untuk menyiapkan langkah-langkah dalam mencegah perubahan ideologi ini, kita siapkan berbagai kegiatan salah satunya seminar,” jelas J Subekti. (Rif)

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com