Atlet dan Pelatih Jatim Soroti Permenpora 14/2025, Nilai Peran KONI Tak Bisa Dikesampingkan
SURABAYA – Terbitnya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) Nomor 14 Tahun 2025 tentang Standar Pengelolaan Organisasi Olahraga Lingkup Olahraga Prestasi menuai penolakan dari sejumlah pelaku olahraga. Regulasi tersebut dinilai berpotensi mempersempit ruang gerak Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dalam membina atlet di daerah maupun nasional.
Salah satu suara kritis datang dari legenda karate Indonesia, Umar Syarief. Ia menegaskan, KONI memiliki peran historis dalam membangun kejayaan olahraga Indonesia. Menurutnya, sejak era almarhum Wismoyo Arismunandar yang dikenal sebagai “Bapak Olahraga”, KONI menjadi institusi yang kokoh menyiapkan atlet di berbagai level dengan arah pembinaan yang jelas.
“KONI memahami proses pembinaan, tahu sejarah, dan tahu bagaimana menyiapkan atlet untuk meraih prestasi. Dari tahun ke tahun, perannya terbukti membawa hasil,” ujar Umar, yang kini juga menjadi pelatih karate Jatim.
Umar menambahkan, perhatian KONI tidak berhenti pada pembinaan semata, melainkan juga memperhatikan masa depan atlet. Sebagai peraih 12 medali emas SEA Games, ia merasakan langsung kepedulian lembaga tersebut terhadap para pejuang olahraga.
Karena itu, Umar mempertanyakan keberadaan Permenpora 14/2025 yang dianggap justru mengikis peran strategis KONI. Ia mengingatkan bahwa setiap negara memiliki sistem pembinaan masing-masing, dan Indonesia telah membuktikan keberhasilan model yang dijalankan KONI.
“Jika peran ini diambil alih, risiko kita adalah memulai kembali dari nol dan mengabaikan fondasi yang sudah teruji,” tegasnya.

Hal senada disampaikan atlet tenis Jatim, Christopher Rungkat. Ia menilai KONI Jatim telah memberi dukungan signifikan terhadap perjalanan kariernya, terutama karena tenis termasuk cabang olahraga dengan biaya tinggi.
Satu musim pertandingan saja butuh dana besar. KONI Jatim hadir membantu, sehingga karier saya bisa terus berjalan. Standar pembinaan mereka sangat luar biasa,” kata Christo.
Ia menambahkan, bukan hanya tenis, tetapi seluruh cabang olahraga di Jatim mendapat perlakuan yang sama sehingga banyak atlet daerah ini mampu menorehkan prestasi hingga level internasional.
Dengan visi “Dari Jatim untuk Indonesia”, Christo optimistis kontribusi atlet-atlet Jatim tidak hanya berhenti di SEA Games atau Asian Games, tetapi juga dapat berlanjut hingga Olimpiade.
“Saya mengapresiasi kepedulian KONI Jatim yang selama ini konsisten membina atlet,” pungkasnya.