LaNyalla, Pemimpin Reaksi Cepat
Di pertengahan tahun 90 an kita sering mendengar istilah URC, Unit Reaksi Cepat yang kemudian di Jawa Timur diplesetkan menjadi Ulama Reaksi Cepat. Dimana waktu itu Ulama selalu siap dan sigap membantu aparat dan pemerintah jika diperlukan se waktu-waktu dalam menenangkan dan memdinginkan suasana. Para ulama ini rela mengabdi total tanpa pamrih demi Indonesia yang damai dan guyub.
Hari ini kita melihat seorang LaNyalla setiap hari selalu ada berita tentang kegiatan yang dilakukan bertemu dengan masyarakat dari berbagai strata sosial, dari berbagai aliran, dari berbagai komunitas dan dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mereka menyampaikan uneg-uneg dan keluhan serta apa yang kurang dalam kebijakan kepada mereka. Kalau istilah dulu, LaNyalla mencoba jadi jembatan penghubung antara masyarakat dengan kebijakan pemerintah. Baik yang sudah berjalan atau yang akan dipersiapkan.
Yang pasti tidak semua pemimpin atau pejabat bisa melakukan hal seperti ini. Karena tidak semua pemimpin bisa diterima oleh masyarakat atau tidak semua masyarakat mau menerima pemimpin. Ini modal yang sangat berharga untuk sosialisasi dan menampung aspirasi masyarakat.
Kita lihat saja bagaimana LaNyalla turun lapangan tanpa ada kesulitan dan tidak menganggap kesulitan medan yang ditempuh. Naik turun gunung, melewati sungai. Ke kampung- kampung kecil yang susah terjangkau oleh kendaraan. Semua dijalani dengan apa adanya dan tanpa kalimat ada apanya. “Ini pengabdian”, begitu jawaban beliau kalau ditanya tentang kegiatan yang “gila” ini. Kenapa “gila”? Karena tidak ada batas waktu dan tanpa batas. Setiap waktu dan setiap tempat.
Jawaban yang penting dari seorang LaNyalla kenapa melakukan aktifitas seperti ini adalah agar dapat memperoleh informasi yang langsung dan akurat dari masyarakat dengan berbagai masalah dan mencoba mencari solusinya. Tidak hanya mendapatkan laporan dari staf atau pemerintah setempat. Bukan tidak percaya, tapi ada kepuasan sendiri jika langsung bertemu dan tatap muka langsung dengan masyarakat.
Tanpa dihitung, sudah banyak masalah yang sebelumnya dianggap pelik, susah di cari jalan keluar, ternyata sekarang banyak yang selesai dan proses menuju selesai. Ambil saja contoh masalah surat ijo di Surabaya. Ber tahun-tahun tidak ada titik terang bahkan cenderung gelap akhirnya sudah ada titik terang antara masyarakat, pemerintah kota Surabaya dan pemerintah pusat. Seorang LaNyalla turun dan membantu sehingga masalah bisa menjadi sederhana dan mudah. Belum lagi masalah peningkatan status dari perguruan tinggi Islam dari Institut menjadi Universitas. Dilakukan dalam waktu yang sangat cepat dan tepat. Pengajuan pendiri Al Washliyah menjadi pahlawan nasional dan beberapa masalah lainnya.
Dilakukan dengan cara dan gaya LaNyalla, semua menjadi gampang dan terang benderang. Hal ini tentu karena pengalaman berorganisasi dari LaNyalla. Baik organisasi sosial maupun organisaa usaha (bisnis). Selain juga bermodal tanpa “tedeng aling-aling” (basa basi) serta gerak cepat dan reaksi cepat. Sehingga masalah yang sebelumnya dianggap sulit menjadi sederhana dan mudah.
Belum lagi perjalanan spiritual LaNyalla puluhan tahun sebelumnya. Seolah ada managemen yang aneh dalam mengambil keputusan karena hampir selalu menggunakan feeling yang menjadi bagian dalam memutuskan. Feeling politik dan feeling politik berkolaborasi dengan baik dan cerdas. Semua berjalan dengan kapasitas spiritual, kapasitas sosial tanpa meninggalkan profesional sesuai aturan dan kelaziman.
Menariknya, ketika ditanya apakah kegiatan yang dilakukan ini dalam rangka persiapan pencalonannya sebagai presiden? Dengan santai seorang LaNyalla menjawab : ” anda ini seperti tidak mengenal saya “. Dilanjutkan, kalau jabatan apapun yang ada itu datangnya dari Allah dan itu adalah GARIS TANGAN. Dan LaNyalla sangat percaya tentang hal ini. Tapi perhatian kepada masyarakat dan pengabdian kepada bangsa dan negara adalah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Panggilan hati nurani. Begitu kalimat ini sering disampaikan untuk menepis pikiran orang lain tentang kiprahnya selama ini. Tanpa harus punya jabatan dan kewenangan, pengabdian kepada masyarakat ini suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
Jadi peran ini bukan sesuatu yang baru bagi LaNyalla. Mungkin peran dan porsinya yang berbeda. Seperti soal persiapan pemilihan presiden
Nanti tahun 2024, elemen masyarakat yang merasakan eksistensi LaNyalla turun dan merasakan kebutuhan beliau sebagai pemimpin. Gerakan ini semakin massif dan spontan karena murni dari masyarakat. Karena ini soal GARIS TANGAN,
maka semua akan menjadi ketetapan Allah setelah manusia berusaha. Bismillah. Laa Haula walaa quwwata illaa Billah.
(Muhammad Nabil)