Lukisan Surin Welangon “Kartel Gula versus Serangga” Soroti Kritik Sosial dan Dinamika Kekuasaan
Jakarta – Seniman Surin Welangon kembali memantik perhatian publik melalui karya terbarunya berjudul “Kartel Gula versus Serangga”. Lukisan tersebut memadukan detail visual yang padat dengan simbol-simbol kuat, sehingga menyingkap realitas sosial, politik, hingga isu kemanusiaan yang tengah berlangsung.
Melalui komposisi warna merah dan oranye yang dominan, karya ini menghadirkan nuansa tegang sekaligus mengusik kesadaran penikmat seni. Figur-figur berjas yang hadir di tengah kekacauan digambarkan sebagai representasi kekuasaan atau elit, yang kerap dianggap jauh dari penderitaan masyarakat bawah.

“Sekumpulan serangga dalam lukisan ini bisa dimaknai sebagai simbol kekacauan dan kepentingan tersembunyi. Ia sekaligus menggambarkan kondisi kemunafikan dalam dinamika sosial politik,” ungkap seorang pengamat seni saat meninjau karya tersebut.
Selain memuat kritik sosial, lukisan ini juga menyinggung soal kedaulatan. Surin Welangon seolah ingin menekankan bahwa dinamika kekuasaan turut memengaruhi persoalan mendasar seperti pangan dan lingkungan. Distorsi elemen alam yang ditampilkan menjadi refleksi dari kerusakan ekologi akibat ulah manusia.

Namun, di balik nuansa muram itu, masih tampak figur-figur yang berusaha bertahan hidup. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai simbol ketangguhan dan semangat pantang menyerah manusia dalam menghadapi tekanan zaman.
Secara keseluruhan, “Kartel Gula versus Serangga” bukan sekadar lukisan, tetapi juga medium refleksi yang mengajak publik merenungkan relasi antara kekuasaan, masyarakat, dan lingkungan. Karya ini menegaskan peran seni sebagai ruang kritik sekaligus cermin kondisi sosial kontemporer.