Luncurkan SFC di SMAN 1 Tanggul Jember, Kadindik Jatim Dorong Kolaborasi Guru-Murid untuk Laboratorium Alam

0 72

Jember – Dinas Pendidikan Jawa Timur terus mendorong pengembangan program School Food Care (SFC) sebagai salah satu inovasi pendidikan berbasis ketahanan pangan dan lingkungan. Setelah resmi diluncurkan pada Maret lalu, kini lebih dari 10 SMA Negeri di Jatim telah mengimplementasikan program tersebut. Salah satunya di SMAN 1 Tanggul Jember, yang diresmikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jatim, Aries Agung Paewai, pada Kamis (21/8/2025).

Dalam sambutannya, Aries menegaskan bahwa program SFC bukan sekadar aktivitas bercocok tanam, tetapi juga laboratorium alam yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lintas bidang keilmuan seperti fisika, kimia, hingga biologi.

“Saya berharap ada kolaborasi nyata antara guru dan murid untuk mengoptimalkan manfaat laboratorium alam ini. SFC tidak hanya melatih kemandirian, tetapi juga menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan serta semangat kewirausahaan,” ujar Aries.

 

Pendidikan Karakter dan Ketahanan Pangan

Selain meresmikan program SFC, Aries juga mengingatkan pentingnya pendidikan karakter di sekolah. Menurutnya, hal sederhana seperti menjaga kebersihan dan kerapian kelas perlu dijadikan budaya sebelum memulai kegiatan belajar.

Ia menambahkan bahwa SFC sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan sekolah. Lahan kosong yang dimanfaatkan untuk menanam sayuran, kacang-kacangan, dan umbi-umbian diharapkan menjadi sarana pembelajaran praktis sekaligus mendukung kemandirian sekolah.

SMAN 1 Tanggul Jember Ubah Lahan Kosong Jadi Produktif

Kepala SMAN 1 Tanggul Jember, Marta Mila Sughesti, menjelaskan bahwa pihaknya mulai menjalankan program SFC sejak ditunjuk Dinas Pendidikan Jatim pada Desember 2024. Lahan seluas 0,5 hektar di belakang sekolah yang awalnya kosong kini diubah menjadi lahan produktif dengan metode tanam hidroponik, aeroponik, dan polybag.

“Jenis tanaman yang kami kelola meliputi sayuran, kacang, dan umbi-umbian dengan masa panen kurang dari enam bulan. Kami libatkan seluruh murid, guru, karyawan, hingga komite sekolah agar program ini berjalan optimal,” tutur Marta.

Hasil panen SFC sebagian dijual untuk kebutuhan pembelian bibit baru serta perbaikan sanitasi air di lahan sekolah. Dengan demikian, program ini tidak hanya berfokus pada pembelajaran tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.

 

Bekal Keterampilan Hidup untuk Siswa

Lebih lanjut, Marta menyebut program SFC juga diintegrasikan dalam kurikulum melalui P5, Dobel Trak, dan PKWU. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik kewirausahaan, mulai dari memilih tanaman hingga mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah.

“Harapan kami, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademik, tetapi juga keterampilan hidup yang bermanfaat untuk masa depan mereka dan masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com