Mahasiswi Untag Surabaya Teliti Pengaruh Fenomena TikTok Shop bagi UMKM

0 64

SURABAYA, Lenzanasional – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, Aisyah Maharani, S.Pd meneliti fenomena TikTok Shop yang menarik perhatian belakangan ini.

Aisyah mengatakan penelitian berjudul Makna Predatory Pricing di meresponsnya Social Commerce: Studi Fenomenologi pada UMKM Konvensional di Surabaya’, bertujuan mendalami fenomena Predatory Pricing yang muncul dalam praktik bisnis di platform social commerce, khususnya pada UMKM konvensional di Surabaya.

“Predatory pricing merupakan fenomena perdagangan yang berorientasi menjual barang dengan harga lebih murah daripada harga pasar,” kata Aisyah.

Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, mahasiswi yang akrab disapa Aca ini, ingin memahami secara mendalam pengalaman dan persepsi para pelaku UMKM terhadap penjualannya tersebut.

“Harapannya, bisa memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dampak dan implikasi dari predatory pricing dalam konteks bisnis online. Selain itu, memberikan wawasan bagi pengembangan kebijakan dan strategi bisnis,” ujar Aca.

Menurutnya, penelitian itu memunculkan respons terhadap fenomena TikTok Shop yang sudah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

“Latar belakangnya ketika masyarakat resah dengan maraknya fenomena TikTok Shop, sebuah bentuk social commerce yang bisa menjual segala hal, tetapi beberapa waktu lalu sempat ditutup,” papar Aca lagi.

Mahasiswi peraih IPK 3,90 ini menyebut, gagasan itu baru pertama kali muncul setelah dirinya berdiskusi dengan dosen pembimbingnya.

Dia mengaku inspirasi penelitian itu bermula dari diskusi tentang kekhawatiran yang muncul akibat peralihan toko konvensional ke platform digital yang viral dan kepekaan itu didorong dosen pembimbingnya.

“Dosen pembimbing saya mengamati harga barang-barang yang dijual melalui social commerce tersebut sangat murah dan mudah dijangkau teknologi. Kemudian terinspirasi dan menelitinya,” terang Aca.

Temuan dari penelitiannya itu menunjukkan adanya perubahan signifikan bagi UMKM konvensional meskipun tidak merata di semua sektor. Sektor paling berdampak adalah pelaku usaha di bidang fashion dan makanan.

“Di bidang kosmetik, fenomena social commerce justru menjadi peluang bagi mereka untuk memperoleh barang dengan harga grosir yang murah untuk dijual kembali,” jelasnya.

Mahasiswi Mikom tersebut berharap agar masyarakat dan UMKM bisa lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi di masa mendatang.

“Manfaatnya agar masyarakat dan UMKM lebih bijak dengan adanya social commerce, serta mampu memanfaatkan perkembangan teknologi ini agar tidak tergerus oleh zaman,” ungkap Aca. (R1F)

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com