MOJOKERTO, Lenzanasional – Kabar menggembirakan datang bagi para petani jagung di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Setelah mengeluhkan harga panen yang anjlok, kini mereka bisa bernafas lega. Pasca curhatan petani kepada Polres Mojokerto saat panen raya beberapa waktu lalu, Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, langsung mengambil langkah strategis dengan menggelar rapat koordinasi bersama Bulog, Dinas Pertanian, dan pemangku kepentingan lainnya.
Rapat koordinasi dan analisis evaluasi (anev) program ketahanan pangan yang digelar Polres Mojokerto membuahkan hasil positif. Bulog akhirnya sepakat untuk menyerap hasil panen jagung langsung dari petani dengan harga sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yakni Rp 5.500/Kg.

Dalam upaya mendukung ketahanan pangan, Polres Mojokerto telah menggarap 32,8 hektare lahan tidur di 14 kecamatan untuk ditanami jagung sejak tiga bulan lalu. Hasilnya cukup memuaskan, dengan total 17,58 hektare sudah dipanen dan menghasilkan 103,4 ton jagung pipilan basah. Omzet panen ini mencapai sekitar Rp 580 juta, di mana sebagian hasilnya dibeli perusahaan untuk dijadikan benih jagung.
Namun, permasalahan muncul setelah panen, terutama terkait harga jual. Sebelumnya, jagung petani lokal hanya dihargai di bawah HPP, yaitu Rp 3.300/Kg. Hal ini menjadi perhatian Kapolres Mojokerto hingga akhirnya digelar rakor untuk mencari solusi terbaik.
Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, menyatakan bahwa Bulog kini siap membeli hasil panen jagung dengan harga Rp 5.500/Kg, baik dalam bentuk pipilan basah maupun kering.
“Ke depan, Bulog akan tetap membeli dengan harga Rp 5.500/Kg tanpa mempermasalahkan kondisi basah atau kering dari pipilan jagung,” tegas AKBP Ihram saat memberikan keterangan di Mapolres Mojokerto, Sabtu (22/2/2025).
Kepala Bulog Cabang Mojokerto, Muhammad Husin, juga membenarkan keputusan tersebut. Meski berdasarkan SK Kepala Bapanas Nomor 18 Tahun 2025, Bulog ditugaskan membeli jagung kering seharga Rp 5.500/Kg, pihaknya kini berkomitmen membeli hasil panen jagung basah dengan harga yang sama. Selain itu, Bulog juga akan menanggung biaya pengeringan dan pengangkutan dari petani ke mitra pengeringan jagung.
“Kami akan turun langsung ke lokasi dan berinteraksi langsung dengan petani. Biaya angkut dari petani ke mitra pengeringan akan kami tanggung,” ujar Husin. Setelah dikeringkan, jagung akan disimpan di gudang Bulog sebagai cadangan jagung nasional.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Nuryadi, menuturkan bahwa produksi jagung di wilayahnya pada tahun 2024 mencapai 266.000 ton dari lahan seluas 30.000 hektare. Hingga akhir 2025, target produksi jagung ditingkatkan menjadi 268.000 ton.
“Kami merupakan salah satu penyumbang jagung terbesar di Jawa Timur. Dengan adanya tambahan produksi dari Polres Mojokerto, kami optimis bisa mencapai target ini,” kata Nuryadi.
Kabar baik ini disambut hangat oleh para petani, termasuk Irwan (35), perwakilan petani dari LMDH Mitra Wana Sejahtera, Desa Lebakjabung, Jatirejo. Ia mengatakan kelompoknya yang memiliki lahan 3 hektare akan segera memanen jagung pada pertengahan Maret.
“Alhamdulillah, harga Rp 5.500/Kg sangat membantu. Selama ini kami hanya bisa menjual ke tengkulak dengan harga murah,” ujar Irwan.
Namun, ia mengungkapkan kendala lain, yakni sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Karena kelompoknya belum terdaftar dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), mereka terpaksa membeli pupuk nonsubsidi dengan harga lebih tinggi.
“Kami harus membeli pupuk ZA seharga Rp 215-230 ribu/sak dan urea Rp 320 ribu/sak. Harapannya, kami bisa segera masuk dalam daftar RDKK agar mendapatkan pupuk bersubsidi,” harapnya.
Senada dengan Irwan, Sudiono, petani dari Dusun Mendek, Desa Kutogirang, Kecamatan Ngoro, juga merasa lega dengan keputusan Bulog. Ia memiliki lahan jagung seluas 1,5 hektare yang diperkirakan menghasilkan 8,5 ton jagung pipilan basah.
“Kalau Bulog benar-benar membeli dengan harga Rp 5.500/Kg, kami bisa untung sekitar Rp 2 juta/bulan. Nantinya kami akan menjual jagung melalui Kapolsek untuk langsung disalurkan ke Bulog,” jelasnya.
Sebelumnya, Sudiono hanya bisa menjual hasil panen ke tengkulak dengan harga Rp 3.300/Kg, yang hanya memberinya keuntungan sekitar Rp 1 juta per bulan.
Menanggapi keluhan petani soal pupuk, perwakilan Pupuk Indonesia Mojokerto, Singgih, menyarankan para petani untuk segera mendaftar RDKK melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) masing-masing. Ia menjelaskan bahwa pembaruan data RDKK dilakukan setiap empat bulan, sehingga petani yang mendaftar saat ini baru bisa mendapat pupuk subsidi paling cepat pada akhir April 2025.
“Terkait belum terdaftar di RDKK, segera hubungi PPL setempat. Setelah masuk dalam daftar, petani bisa langsung menebus pupuk di kios resmi,” tandasnya.
Kebijakan Bulog yang akhirnya menyerap jagung petani Mojokerto dengan harga Rp 5.500/Kg menjadi angin segar bagi petani yang selama ini kesulitan mendapatkan harga layak. Namun, persoalan pupuk bersubsidi masih menjadi tantangan yang perlu segera diselesaikan agar produktivitas pertanian di Mojokerto semakin meningkat.(**)