Evaluasi Menu Makan Bergizi Gratis, Pakar Kesehatan Soroti Bahaya Sereal Instan
Pakar Kesehatan UM Surabaya menilai penggantian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan sereal instan perlu dievaluasi. Kandungan gula tinggi dalam sereal dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik pada anak.
SURABAYA, Lenzanasional – Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Dede Nasrullah, menegaskan bahwa penggantian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan makanan ultraproses (UPF), seperti sereal dan biskuit, harus dievaluasi secara menyeluruh. Ia mengingatkan bahwa kandungan gula tinggi dalam sereal instan berpotensi membahayakan kesehatan anak dalam jangka panjang.
“Sereal sering dianggap sebagai makanan sehat karena kandungan seratnya, tetapi banyak sereal instan yang mengandung kadar gula tinggi. Jika dikonsumsi secara rutin, hal ini bisa berdampak negatif pada kesehatan anak,” ujar Dede pada Sabtu (15/3/25).
Dede menjelaskan bahwa konsumsi gula berlebih dari makanan olahan, seperti sereal instan, dapat meningkatkan risiko gigi berlubang dan obesitas. Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas konsumsi gula harian anak tidak boleh melebihi 30 gram atau sekitar enam sendok teh.

Karena itu, orang tua disarankan untuk lebih selektif dalam memberikan makanan pendamping. “Sereal sebaiknya diberikan tidak lebih dari dua kali dalam seminggu dan tidak menjadi menu harian,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dede mengungkapkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif makanan ultraproses terhadap kesehatan. Salah satunya adalah penelitian yang diterbitkan di JAMA Network Open, yang menganalisis data dari lebih dari 1.400 anak usia 3-6 tahun di tujuh kota di Spanyol. Hasilnya, anak-anak yang mengonsumsi makanan ultraproses dalam jumlah tinggi cenderung memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi, tekanan darah meningkat, serta rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan yang tidak ideal.
Dede juga menyoroti dampak psikologis dari pemberian makanan ultraproses dalam program MBG. Ia khawatir bahwa anak-anak bisa salah kaprah dan menganggap makanan instan sebagai pilihan sehat hanya karena masuk dalam kategori makan bergizi gratis.
“Ini bisa berbahaya. Anak-anak akan menganggap sereal dan makanan instan lainnya sebagai makanan bergizi, padahal dampaknya justru membahayakan kesehatan mereka dalam jangka panjang,” tegasnya.
Dengan temuan ini, Dede meminta adanya evaluasi terhadap komposisi menu MBG, agar program yang bertujuan meningkatkan asupan gizi anak benar-benar memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan risiko kesehatan di kemudian hari.(**)