
SURABAYA, Lenzanasional– Istri Presiden ke-4 RI, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, kembali menggelar Safari Ramadan, kali ini di sekolah DAPENA, Surabaya. Kegiatan ini menjadi bagian dari perjalanan panjangnya selama 25 tahun dalam menyapa masyarakat kecil, khususnya kaum dhuafa dan kelompok marjinal.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza UI Haq. Surabaya menjadi salah satu kota tujuan dalam safari kali ini, setelah sebelumnya Sinta mengunjungi Banyuwangi, Bondowoso, Mojokerto, dan Gresik.
Di tengah ratusan siswa dan kaum dhuafa yang hadir, Sinta mengungkapkan bahwa kegiatan berbagi ini sudah dilakukannya sejak tahun 2000. Kala itu, ia sering mendampingi Gus Dur, mendengarkan keluhan rakyat kecil saat suaminya masih menjabat sebagai Presiden RI.

“Kegiatan ini sudah saya lakukan sejak mendampingi Gus Dur di Istana Negara. Sering sahur bersama kaum dhuafa dan marjinal,” ujar Sinta, Minggu (16/03/25).
Tak hanya berbuka puasa, Sinta juga rutin melakukan sahur on the road, menyambangi pasar, kolong jembatan, alun-alun, terminal, hingga rumah para pemulung.
“Kalau sahur bersama kuli bangunan, saya ke kolong jembatan. Kalau dengan pedagang, sahur di tengah pasar. Kalau bersama tukang sampah, saya akan datang ke rumah mereka. Dengan begitu, saya bisa memahami kondisi mereka secara langsung,” terang Sinta.
Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya tentang berbagi, tetapi juga bentuk silaturahmi sekaligus wadah untuk mendengarkan langsung suara masyarakat kecil.
Dalam kesempatan tersebut, Sinta berinteraksi langsung dengan para siswa dan bertanya mengenai makna puasa. Salah satu siswa menjawab bahwa puasa mengajarkan kesabaran.
“Betul, puasa mengajarkan banyak hal positif. Selain kesabaran dan menahan hawa nafsu, puasa juga mengajarkan nilai kemanusiaan,” ujar Sinta.
Baginya, nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan kewarganegaraan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
“Kita harus saling menghormati dan menghargai, karena agama, kemanusiaan, dan kewarganegaraan saling berkaitan,” tegasnya.
Wamen Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza UI Haq, mengaku terinspirasi dengan perjuangan Sinta Nuriyah yang tetap konsisten memperjuangkan keadilan selama lebih dari dua dekade.
“Beliau selama 25 tahun turun langsung ke masyarakat untuk berbagi buka dan sahur. Ini adalah teladan bagi anak muda dalam memperjuangkan Indonesia yang berkeadilan dan majemuk,” ujar Fajar.
Menurutnya, forum seperti ini sangat penting untuk merekatkan ukhuwah Islamiah sekaligus memperkuat dimensi sosial dalam ibadah Ramadan.
Tahun ini, Sinta Nuriyah dijadwalkan mengunjungi 31 titik di Pulau Jawa. Setelah Surabaya, ia akan melanjutkan perjalanan ke Solo, lalu menutup safari Ramadan dengan sahur keliling di Tangerang pada 27 Maret mendatang.
Ketua Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, Nia Syarifuddin, mengungkapkan bahwa pemilihan lokasi Safari Ramadan dilakukan melalui partisipasi masyarakat. Persiapan telah dilakukan sejak tiga bulan sebelumnya.
“Bu Sinta datang untuk bersilaturahmi dan menyapa masyarakat. Kami berharap pemerintah daerah juga ikut turun langsung untuk mendengar keluhan masyarakat,” ujar Nia.
Selain berbagi kebersamaan dalam buka puasa dan sahur, kegiatan ini juga menyediakan santunan berupa sembako untuk ratusan kaum dhuafa.
Staf Yayasan DAPENA, Istu Ningsih, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari Safari Ramadan ini. Bahkan, mereka mendapat kesempatan berdiskusi langsung dengan Wamen Pendidikan mengenai kondisi sekolah.
“Ini momen luar biasa bagi kami. Awalnya hanya mengajukan permintaan ke Bu Sinta, tapi kami juga mendapat kunjungan dari Wamen. Kami bisa berdiskusi langsung mengenai kondisi pendidikan di sekolah kami,” ungkap Istu.
Safari Ramadan yang dilakukan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid bukan sekadar agenda tahunan, tetapi sebuah gerakan sosial yang telah berlangsung selama 25 tahun. Dengan mendatangi kaum dhuafa dan kelompok marjinal secara langsung, ia bukan hanya berbagi makanan, tetapi juga mendengarkan, memahami, dan memperjuangkan keadilan sosial.
Di tengah perjalanan Ramadan yang penuh berkah, Safari Ramadan ini menjadi pengingat bahwa nilai puasa tidak hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama.(**)