Yona Bagus Widyatmoko: Dari Matras Jujitsu ke Gedung DPRD

0 6

Di balik sikap tenang dan tutur katanya yang lugas, ada keteguhan yang tak mudah dibaca, itulah sekilas dari sosok Yona Bagus Widyatmoko. Lelaki kelahiran Surabaya, 6 November 1976 ini kini dikenal publik sebagai Ketua Komisi A DPRD Surabaya. Namun di balik jas dan rapat-rapat formal yang kerap ia pimpin, tersimpan kisah panjang tentang disiplin, perjuangan, dan pengabdian.

Sebelum menjadi politisi, Yona lebih dulu dikenal sebagai atlet jujitsu. Dunia bela diri Jepang itu menjadi bagian dari hidupnya sejak muda. Latihan keras di atas matras dojo menempanya menjadi pribadi fokus, konsisten, dan pantang menyerah. Ia bukan sekadar berlatih—ia hidup dalam nilai-nilai jujitsu. “Sampai sekarang saya masih punya dojo sendiri untuk membina adik-adik, dan itu tidak berbayar, gratis,” ujarnya sembari tersenyum.

Langkah dari Dojo ke Dunia Politik

Petualangan Yona di dunia politik dimulai pada 2014. Kala itu, ia mulai terlibat dalam berbagai kegiatan partai meski belum masuk struktur. Barulah pada 2021, ia resmi bergabung secara struktural di Partai Gerindra. “Saya sebenarnya sudah lama terlibat, tapi waktu itu masih di tim pemenangan Pak Bambang Haryo,” kenang pria yang akrab disapa Cak Yebe ini.

Kini, selain menjadi Wakil Ketua DPC Gerindra Surabaya, Yona juga memimpin Komisi A DPRD Surabaya, komisi yang membidangi pemerintahan dan hukum. Di sana, ketegasan dan kedisiplinannya sebagai atlet berpadu dengan kepekaannya sebagai pengusaha. Ia mengaku, keputusannya masuk dunia politik lahir dari keinginan memperluas pengabdian.

“Kalau pengusaha, mungkin pengabdiannya hanya sebatas CSR. Tapi ketika jadi wakil rakyat, pengabdian itu bisa untuk seluruh masyarakat Surabaya,” tegasnya.

Pengusaha yang Tak Lupa Akar

Selain politik, Yona juga dikenal di dunia bisnis sebagai CEO PT Trufindo Asta Mandiri, perusahaan yang bergerak di bidang katering. Ia membangun reputasi sebagai pemimpin tegas namun terbuka terhadap inovasi. Kombinasi insting bisnis dan semangat atlet membuatnya tangguh menghadapi tantangan, baik di lapangan maupun di balik meja rapat.

Namun di tengah kesibukan itu, Yona tak pernah meninggalkan kecintaannya pada jujitsu. Ia tetap rutin turun ke dojo, melatih anak-anak, dan memupuk semangat mereka. “Dengan masuk ke politik, saya justru makin tahu kondisi masyarakat. Termasuk anak-anak yang sebenarnya punya bakat besar, tapi terkendala biaya,” tuturnya.

Dojo Trufindo: Sekolah Kehidupan di Gunung Sari Indah

Yona Bagus Widyatmoko saat melatih anak didiknya di Dojo Trufindo Gunung Sari Surabaya. (Foto: Istimewa)

 

Cinta Yona pada jujitsu melahirkan Dojo Trufindo di kawasan Gunung Sari Indah (GSI), Surabaya. Didirikan pada 2022, dojo ini ia buka sepenuhnya gratis bagi siapa pun yang ingin belajar jujitsu. Hingga kini, hampir 300 anak telah berlatih di sana, banyak di antaranya berasal dari keluarga sederhana.

“Banyak bakat potensial yang terhambat karena biaya. Saya ingin tempat ini jadi ruang bagi siapa pun yang mau berlatih dan berprestasi,” ungkap Yona yang juga menjabat sebagai Kabid Humas PBJI Jawa Timur.

Hasilnya tak main-main. Dari dojo kecil itu, lahir banyak juara—mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Salah satunya adalah Nando, bocah SD yang dulu sering kalah di kejuaraan pertamanya, tapi kini berhasil menyabet juara pertama di kejurda dan kejurnas.

Ada pula kisah seorang anak SMP yang dulu menjadi korban perundungan. Setelah berlatih di dojo, ia tumbuh percaya diri dan bahkan menjadi kebanggaan sekolahnya. “Fotonya sampai dipajang di baliho sekolah untuk PPDB,” cerita Yona dengan mata berbinar.

Lebih dari Sekadar Sabuk Hitam

Bagi Yona, jujitsu bukan hanya soal tropi dan sabuk. Ia selalu menanamkan nilai-nilai yang membentuk karakter: disiplin, menghormati orang lain, dan mengendalikan ego. “Tropi itu hanya bonus. Kemenangan sejati adalah saat kita mampu mengalahkan diri sendiri,” ujarnya bijak.

Untuk menjaga kualitas latihan, Yona juga menggandeng para master jujitsu, termasuk salah satu juara antar-master, guna melatih anak-anak di dojo. Ia ingin memastikan pembinaan berjalan profesional meski tanpa biaya.

Menjalin Pengabdian Lewat Banyak Jalan

Di luar dunia politik dan olahraga, Yona aktif di berbagai organisasi hukum. Ia tercatat sebagai Humas Asosiasi Pengacara Pengadaan Barang & Jasa Indonesia (APPI) Jatim, anggota Perkumpulan Pengacara Pengawal Demokrasi (PERWADI), Direktur Humas dan Hubungan Antar Lembaga Dewan Sengketa Indonesia (DSI), serta Kabid Humas PERKAHPI Jatim.

Sosoknya menjadi contoh bagaimana disiplin seorang atlet, kejelian seorang pengusaha, dan tanggung jawab seorang pejabat publik dapat berpadu menjadi energi pengabdian.

Tenang tapi berdaya, tegas tapi empatik—itulah Yona Bagus Widyatmoko. Dari dojo kecil di Surabaya hingga kursi DPRD, ia membuktikan bahwa semangat juang sejati tak mengenal batas ruang.

Comments
Loading...

This site is protected by wp-copyrightpro.com