Awal Januari, KONI Jatim Inventaris Atlet Potensial Medali dari 8 Cabor Jelang PON Bela Diri 2026 di Manado
Surabaya – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur mulai memetakan kekuatan delapan cabang olahraga (cabor) yang akan tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri 2026 di Manado, Sulawesi Utara. Ajang olahraga nasional khusus bela diri itu dijadwalkan berlangsung pada Juli atau Agustus 2026.
Langkah awal yang dilakukan KONI Jatim bukan langsung menggelar seleksi atlet, melainkan melakukan pemetaan internal terhadap potensi dan prospek atlet Jawa Timur yang dinilai berpeluang meraih prestasi.
Delapan cabor yang masuk dalam agenda PON Bela Diri 2026 tersebut meliputi tinju, hapkido, anggar, kabaddi, IBC MMA, kickboxing, muaythai, dan kurash.
Dari jumlah tersebut, lima cabor menjadi perhatian khusus KONI Jatim karena dinilai belum maksimal dan masih minim pengalaman bertanding di ajang multievent sekelas PON. Kelima cabor itu yakni tinju, hapkido, anggar, kabaddi, dan IBC MMA.
Berbeda dengan muaythai, kickboxing, dan kurash yang relatif matang serta memiliki rekam jejak prestasi, lima cabor tersebut dinilai masih membutuhkan pemetaan potensi yang lebih cermat, realistis, dan terukur.
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jawa Timur, Dudi Harjantoro, mengatakan bahwa tahap awal persiapan akan difokuskan pada inventarisasi atlet, bukan seleksi terbuka. Proses tersebut direncanakan berlangsung pada awal Januari 2026.
“Yang kita lakukan bukan seleksi, tetapi inventarisasi atlet. Kita akan memanggil delapan cabor untuk mendata siapa saja atlet yang benar-benar berpotensi, terutama peraih emas dan perak pada PON sebelumnya,” ujar Dudi.
Menurut Dudi, pendekatan ini menjadi krusial, terutama bagi cabor-cabor yang belum memiliki pengalaman kuat di PON Bela Diri. KONI Jawa Timur tidak ingin mengirim atlet dalam jumlah besar tanpa peluang medali yang jelas.
“Untuk cabor yang belum maksimal, kita akan lihat apakah bisa dikembangkan secara cepat. Waktunya hanya sekitar empat bulan. Kalau tidak memungkinkan, ya tidak kita kirim,” tegasnya.
Ia mencontohkan capaian KONI Jatim pada PON Bela Diri sebelumnya yang digelar di Kudus, Jawa Tengah. Saat itu, Jawa Timur hanya mengirim 79 atlet, namun mampu meraih 62 medali. Persentase keberhasilan tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan provinsi lain seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.
“Artinya, efektivitas jauh lebih penting. Kita tidak akan mengirim satu cabor dengan jumlah penuh di setiap kelas. Semua disesuaikan dengan potensi dan peluang medali,” jelas Dudi.
Setelah proses inventarisasi rampung, KONI Jatim akan menentukan jumlah atlet yang dikirim dari masing-masing cabor. Selain itu, perhitungan kebutuhan anggaran serta penyusunan jadwal latihan intensif atau pemusatan latihan daerah (puslatda) juga akan dilakukan.
“Paling telat latihan intensif dimulai empat bulan sebelum pertandingan, sekitar Februari atau Maret, tergantung anggaran dari pemerintah provinsi. Dari sisi kesiapan atlet, Jawa Timur siap,” tambahnya.
Dengan strategi yang lebih selektif dan berbasis potensi, KONI Jawa Timur berharap lima cabor yang selama ini minim pengalaman dapat tampil lebih terukur, sekaligus menjaga target prestasi Jawa Timur tetap optimal pada PON Bela Diri 2026.